Musda Golkar Sultra: Isyarat Aklamasi dari Ruang Silaturahmi

  • Bagikan
Silaturahmi La Ode Darwin dengan para Ketua DPD II Partai Golkar dan ormas pendiri dan yang didirikan Partai Golkar. (FOTO:ISTIMEWA)
Silaturahmi La Ode Darwin dengan para Ketua DPD II Partai Golkar dan ormas pendiri dan yang didirikan Partai Golkar. (FOTO:ISTIMEWA)

Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Kendari terasa lebih hangat dari biasanya. Di antara aroma kopi dan denting gelas, para kader Partai Golkar duduk berkelompok, berbincang ringan, sesekali tertawa.

Oleh: La Ode Kasman Angkosono

Di tengah keakraban itu, suasana mendadak berubah ketika seorang yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan langkah tenang, La Ode Darwin —Bupati Muna Barat— yang namanya kian sering disebut-sebut menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Tenggara, memasuki ruangan.

Ia mengenakan kemeja kuning, warna khas Golkar. Ini bukan sekadar seragam, melainkan simbol kesetiaan.

Senyumnya lebar, jabat tangannya hangat. Beberapa kader berdiri menyambut, yang lain menepuk bahu, seolah menyiratkan sesuatu yang tak perlu diucapkan: arah dukungan mulai mengerucut.

Silaturahmi malam itu sejatinya tak dibingkai agenda resmi partai. Namun dari wajah-wajah yang hadir: para ketua DPD Golkar kabupaten/kota, para ketua ormas pendiri dan yang didirikan partai, sebagai pemilik suara di Musda mendatang, jelas menjadi penanda bahwa pertemuan ini bukan sekadar temu kangen. Ada percakapan serius yang diselipkan di antara tawa. Ada pesan politik yang tersampaikan tanpa perlu pidato panjang.

Darwin sendiri lebih banyak mendengarkan. Meski ia tipe yang gemar berorasi semasa menjadi aktivis mahasiswa. Tapi gaya diamnya justru membangun kesan: pemimpin yang tahu kapan berbicara, kapan memberi ruang bagi orang lain.

Di sela obrolan santai, ia menanyakan kabar para kader, mendengar keluhan kader, sesekali menimpali dengan senyum dan anggukan.

Beberapa peserta menyebut pertemuan itu sebagai “pemanasan” menuju Musda. Namun bagi sebagian lain, malam itu terasa seperti lebih dari sekadar silaturahmi. Ada semacam pengakuan diam-diam, bahwa figur La Ode Darwin sudah mendapatkan restu moral. Bahkan (mungkin) restu politik dari para pemilik suara.

Kehadiran Darwin malam itu seperti menegaskan satu hal: perjalanan menuju kursi Ketua DPD Golkar Sultra telah dimulai. Silaturahmi yang tampak santai itu sejatinya bisa jadi penanda dan pembuka bagi sebuah aklamasi yang mulai menemukan bentuknya.

Dan malam itu, para pemilik suara di Musda mendatang hadir hampir lengkap: Di tingkat DPD kabupaten/kota, minus Bombana dan Konawe Selatan yang tak hadir.

Sinyalnya kian jelas setelah Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia sebelumnya memberi isyarat dukungan kepada Darwin. Restu dari pusat itu menjadi semacam “tiket emas” penanda bahwa arah DPP sudah mulai menemukan figur yang dianggap mampu menjaga soliditas partai dan memperluas pengaruh di daerah.

Tampaknya, DPP Golkar menginginkan figur yang memimpin di tingkat provinsi adalah yang berhasil membangun komunikasi dua arah: kuat di daerah, diterima di pusat. La Ode Darwin (mungkin saja dilihat DPP) berada di persilangan dua keunggulan itu. Sebagai bupati, ia punya rekam jejak kepemimpinan dan basis yang jelas; sebagai kader, ia dianggap loyal. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *