KENDARI, SAUARAMUBAR.COM- Di panggung politik daerah, suhu persaingan kerap memanas jauh sebelum suara dihitung. Bahkan, sebelum jadwal musyawarah daerah (musda) resmi ditetapkan. Begitulah yang kini terjadi di tubuh DPD I Partai Golkar Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dua figur kuat, La Ode Darwin—Bupati Muna Barat—dan Hery Asiku, Wakil Ketua DPRD Sultra, bersiap berebut kursi strategis Ketua Partai Golkar Sultra. Darwin datang sebagai penantang, Hery sebagai petahana.
Namun pertarungan keduanya bukan sekadar adu gagasan, melainkan juga adu pengaruh dan restu. Di balik layar, bisik-bisik politik menyebut Darwin telah mengantongi “tiket emas”: restu langsung dari Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Sinyal itu diperkuat saat Darwin menggelar silaturahmi bersama para Ketua DPD II Golkar serta organisasi masyarakat pendiri dan yang didirikan Golkar, di salah satu restoran di Kota Kendari, Rabu (8/10/2025).
“Saya siap menjadi Ketua Partai Golkar Sulawesi Tenggara, sesuai dengan petunjuk dan perintah Ketua Umum Partai Golkar Bapak Bahlil Lahadalia,” ujar Darwin, disambut tepuk tangan riuh dari mayoritas pemilik suara yang hadir.
Darwin tampil dengan gaya modern: muda, komunikatif, dan dianggap mewakili arah baru partai. Ia menapaki jalan berbeda—memilih bertemu, merangkul pengurus kabupaten/kota, serta menyapa ormas-ormas Golkar.
Langkah itu dilakukan selang dua hari setelah pertemuannya dengan Bahlil. Foto-foto keduanya yang beredar luas di media sosial menjadi semacam “deklarasi halus” bahwa restu pusat telah berpihak.
Dalam arah politik modern, restu DPP tak lagi sekadar simbol. Ia menjadi tanda kepercayaan, jaminan kesinambungan visi partai, bahkan “mandat sakral” yang menentukan apakah seseorang layak memimpin atau tidak.
Darwin pun menegaskan, jika dipercaya memimpin, ia akan merangkul semua pihak.
“Kita berusaha aklamasi supaya tidak ada gesekan di antara sesama kader Golkar. Kita tetap saling merangkul,” katanya.
Menjelang musda, suhu politik diyakini bakal terus naik. Biasanya, ruang-ruang pertemuan berubah menjadi arena lobi. Dan gawai para pemilik bakal nyaris tak berhenti bergetar—pesan, ajakan, dan bujukan akan datang silih berganti.
Pertarungan ini bukan sekadar soal siapa yang akan duduk di kursi ketua, tetapi juga tentang arah baru Partai Golkar Sultra—apakah tetap berjalan di jalur lama, atau melangkah dengan wajah baru yang direstui langsung oleh ketum.
Dan di tengah segala dinamika itu, satu pertanyaan menggantung: Apakah restu Bahlil yang dikantongi Darwin cukup kuat untuk menundukkan pemilik suara?
Penulis: La Ode Kasman Angkosono



